Kurang apa kita?

“tidak dikatakan beriman seseorang sebelum mereka diuji… “

Kurang lebih hadis yang pernah saya dengar intinya seperti itu.

Suatu pagi, tak sengaja aku melontarkan pernyataan yang merupakan salah satu jawaban dari program tipi MAMAH DAN AA’ BERAKSI. pernyataan itu memiliki maksud bahwa istri silahkan mencari tambahan kerja agar tidak berpangku tangan kepada suami.

“jadi aku enaknya kerja apa ya?” uji ku

Suami seperti biasa hanya diam, menunjukkan bahwa aku pasti tahu jawabannya. Akupun tidak berani melanjutkan. Hingga pagi tadi suami kembali memberi wejangan,

“yang belum nikah ngebet pengen nikah. Yang belum punya anak ngarep punya anak. Dan sayang (red: istri) sudah nikah dan punya anak malah pengen kerja padahal suami sudah kerja” jelasnya

Tak perlu panjang kali lebar lagi, aku hanya menunduk. Tiba tiba seperti dibuka tirai penutup mata dan aku sadar bahwa yang ku lakukan selama ini lebih kepada mengeluh dan menyerah pada ujian yang diberikan oleh Allah.

Aku dikejar2 oleh keinginan yang sama sekali bukan tujuan hidupku, hanya mencari eksistensi. Itulah ujiannya.

“seharusnya kita harus banyak bersyukur bukan mengeluhkan sesuatu yang hanya menguras kebahagiaan” timpalnya

“jika ingin bekerja, tinggal buka usaha saja dirumah, buka warung sederhana” tandasnya

Kalimat penutup yang isinya jauh dari angan2, dimana aku memang sedang mencari eksistensi dengan dalih tidak ingin menyia-nyiakan pendidikan ku. Mak jleb deh. So, saatnya memindahkan haluan berfikir untuk berwirausaha. He



#harike3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangkitkan Paradigma Perubahan dari Benak Para Pemuda Indonesia**

Perkembangan Penelitian IPB sebagai Penjawab Permasalahan Pertanian Indonesia

jilbab dan khimar...