Perkembangan Penelitian IPB sebagai Penjawab Permasalahan Pertanian Indonesia
Oleh : Hidayati Fatchur Rohmah*
Permasalahan pangan selalu menjadi masalah yang menarik untuk dibahas,
mengingat kebutuhan pangan di seluruh dunia
selalu kian meningkat. Pada tahun 1959, Indonesia pernah meluncurkan
program Revolusi hijau untuk meningkatkan produksi pertanian. Pada tahun 1984
dengan adanya program Revolusi hijau, Indonesia dapat swasembada pangan. Namun,
hal tersebut harus dibayar dengan mahal oleh pertanian kita karena revolusi
hijau memberikan banyak dampak terutama pada lingkungan. Pertanian masa dan
pasca revolusi hijau memacu penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara
berlebihan pada sawah berakibat buruk pada lingkungan, kesehatan petani dan
konsumen (Wattimena et al, 2012).
Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian pun makin banyak dilakukan. Dari
data terakhir diketahui bahwa konversi lahan sawah ke bukan lahan sawah seluas
187.720 ha/tahun (Kementerian Pertanian 2009). Sehingga untuk mengatasi
peningkatan produksi pangan dilakukan dengan teknologi.
IPB sebagai salah satu dari universitas yang berbasis pada pangan
mempunyai andil dalam upaya peningkatan produksi pangan. Sesuai tridarma
perguruan tinggi yaitu pendidikan,
Penelitian dan Pengabdian, IPB senantiasa mengajak civitas
akademika IPB untuk berperan secara aktif untuk memenuhi tridarma tersebut. Hasil-hasil penelitian IPB tentang masalah
pertanian setiap tahun senantiasa meningkat mengingat setiap tahun jumlah
mahasiswa S1 masuk sekitar 3000 mahasiswa dan jumlah mahasiswa pasca sarjana
(S2 dan S3) tahun 2012 sekitar 6000 mahasiswa. IPB pun tidak miskin
dengan karya-karyanya. Tanggal 22-23 Desember 2009 IPB menyajikan sebanyak 270
hasil penelitian dari total penelitian
sejumlah 525 judul (IPB News, 2012). Hasil penelitian tersebut terdiri dari :
(1)
Penelitian Desentralisasi (Hibah Bersaing, Hibah Pascasarjana, Penelitian
Fundamental) è 33 judul;
(2)
Penelitian Unggulan IPB è 52 Judul;
(3)
KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi) è 60 judul;
(4)
Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID) è 1 judul;
(5)
Hibah Kompetitif sesuai Prioritas Nasional Batch I, II, II dan IV sebanyak
115 judul,
(6) Program Insentif KNRT sebanyak 9 judul.
Institut Pertanian Bogor (IPB) sampai tahun 2009 telah mendaftarkan 155
inovasi teknologi ke Ditjen HKI Kementerian Hukum dan HAM RI. Dari 115 inovasi
tersebut 18 inovasi berhasil mendapatkan Granted Paten. Kemudian pada
tanggal 12-13 Desember 2011 IPB mengadakan “Seminar Hasil-hasil Penelitian IPB
Tahun 2011”, di Auditorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dengan 225
judul penelitian yang dipresentasikan. Sumber dana penelitian yang diseminarkan
(total dana Rp 26.420.013.000) meliputi: (a) Program Insentif KNRT sebesar Rp
2.054.000.000; (b) Penelitian DP2M DIKTI sebesar Rp 19.272.780.000; (c) KKP3T
Departemen Pertanian sebesar Rp 7.146.233.000 (LPPM IPB, 2012).
Menurut Dr. Arif Satria, Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB sudah
sekitar 146 paten yang dimiliki IPB dan sebanyak 16 telah bersertifikat. Basic
ilmu dari paten IPB tersebut yaitu :
(a) Bidang Energi (1 kelompok),
(b)
Bidang Pangan (2 kelompok),
(c)
Bidang Kesehatan (2 kelompok);
(d)
Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (2 kelompok);
(e)
Bidang Sosial Ekonomi (3 Kelompok);
(f)
Bidang Teknologi dan Rekayasa (5 kelompok);
(g)
Bidang Biologi (2 kelompok).
Pada persoalan
paten IPB merupakan Perguruan Tinggi yang paling besar kontribusinya di
Indonesia. Sehingga untuk tahun depan, kebijakan dari pemerintah IPB harus
bersaing di dalam IPB sendiri untuk menggiatkan universitas-universitas lain.
Sementara itu, mahasiswa-mahasiswa IPB pun tidak kalah hebatnya dalam
masalah penelitian. Sebanyak 404 proposal untuk kegiatan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM) tahun 2012, Institut Pertanian Bogor (IPB) mendapat pendanaan
dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Besarnya dana tersebut naik Rp1
miliar dari tahun lalu (Rp 3,5 Miliar) meskipun jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan tahun lalu. Di tahun 2011 jumlah
proposal yang didanai 425 proposal dengan dana Rp 2,5 Miliar. (okezone.com 17 Oktober 2012)
Hal tersebut menunjukkan kalau IPB sebagai salah satu universitas yang
berperan dalam permasalahan ketahanan pangan di Indonesia senantiasa membuahkan
karya-karyanya untuk menjawab permasalahan tersebut. Namun, dari hasil-hasil
karya tersebut hanya sedikit yang digunakan oleh pemerintah. Apalagi ditambah
dengan adanya fakta bahwa Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis memiliki
banyak keragaman tanaman yang sesuai di daerahnya masing-masing, seharusnya
permasalahan pangan tidak terjadi. Maka tepatlah ungkapan bahwa Indonesia itu
ibarat tikus yang mati di lumbung padi. Tidak cukup bagi bangsa Indonesia hanya
dengan menggalakkan penelitian-penelitian kalau hasil penelitian tersebut tidak
adopsi oleh pemerintah Indonesia untuk diterapkan ke petani-petani. Dengan
permasalahan impor beras sekarang ini, Indonesia sudah dapat menaikkan
produktivitas padi hingga 9 ton/ha. Produktivitas padi tersebut lebih tinggi
dibandingkan produktivitas negara Thailand dan Vietnam, negara asal beras yang
kita impor. Belum lagi, dengan teknologi-teknologi kedelai yang berhasil
dirancang oleh Dosen IPB, Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M Agr. Namun,
teknologi tersebut tidak akan berpengaruh terhadap kemajuan pertanian Indonesia
kalau tidak diadopsi oleh pemerintah kita kemudian secara kebijakan diterapkan
ke pertanian. Oleh karena itu, peranan pemerintah sebagai regulator dan
pemegang kebijakan harus lebih memperhatikan kepada kepentingan petani-petani
Indonesia.
*Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
*Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
kalo dikutip, berarti penulisnya juga bukan antum_so, di atas itu jgn pake nama antum_supaya ngga trll vulgar bhw memang itu kutipan, cantumkan nama penulisnya di bawah teks tulisan_
BalasHapushamasah... :D