ZAMAN BERJINGKRAK...!!!

Oleh : Ainun Istiharoh*
            Kesuksesan hidup bukan identik dengan seberapa banyak materi yang kita dapatkan, juga bukan dilihat dari seberapa banyak prestasi yang kita capai. Makna kesuksesan sekarang ini sudah mulai terdegradasi. Bergaul dengan banyak teman adalah sebuah kesuksesan. Memiliki gaji yang tinggi itu juga disebut mereka kesuksesan. Masih banyak lagi capaian-capaian yang digunakan sebagai indikator kesuksesan. Walhasil, kesuksesan pun akhirnya menjadi suatu hal yang relatif.
Zaman berubah, mereka pun mengatakan ini adalah era/ zaman modern yang mutakhir. Teknologi berkembang sangat pesat, arus modernisasi begitu deras dirasakan. Zaman ini akhirnya membuat pengertian baru terhadap istilah kesuksesan. Manusia bisa sukses jika mampu menyesuaikan dengan peradaban modern yang kini melanda. Modernisasi akhirnya menawarkan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai cara ampuh untuk mencapai kesuksesan, alih-alih untuk membangkitkan manusia dari keterpurukan. Semua orang memiliki haknya masing-masing, itulah yang digaungkan oleh zaman ini. Tak heran jika banyak yang mengatakan bahwa zaman sekarang adalah zaman edan. Betapa tidak, atas dasar hak asasi manusia para pemuda punk merubah tatanan rambutnya seperti jengger ayam. Hidung dan mulut pun jadi sasaran tindikan. Para seniman di Eropa bebas menggambar sosok Nabi Muhammad SAW secara tidak senonoh, mereka beralasan itu adalah haknya sebagai seniman. Para seniman di Indonesia pun akhirnya ikut-ikutan bebas membuat patung-patung, gambar, dan lukisan yang berbau porno. Hal itu dianggapnya sebagai kebebasan ber-ekspresi.
Kebebasan demi Hak Asasi Manusia yang di agung-agungkan oleh zaman ini demikian membuat banyak orang khususnya para pemuda berjingkrak. Mereka bebas melakukan perzinahan dan kemaksiatan tanpa ada larangan apapun. Kondom dijual laris manis untuk dimanfaatkan sebagai sarana dalam ajang pesta Valentine, lokalisasi PSK diadakan untuk memfasilitasi para pelacur, dan masih banyak lagi kebebasan yang dilegalkan dalam dunia pergaulan. Berbeda lagi jika melihat dunia ekonomi, swasta atau asing bebas memiliki kekayaan alam negara lain, hal ini karena pemerintah membiarkan adanya otonomi daerah yaitu bebas mengelola sendiri keuangan daerahnya sehingga kepala daerah bebas menggunakan potensi alamnya untuk kepentingan asing asalkan ada pemasukan kedalam khas daerahnya.
Kebebasan ini menjanjikan kesuksesan bagi para pengembannya. Hal ini karena mereka bebas melakukan apapun demi tercapainya kesuksesan yang kian bersifat relatif. Didukung pula dengan jaminan hak asasi manusia, maka tidak ada satupun yang berani melakukan pelarangan.
Namun faktanya, kesuksesan yang dijanjikan itu hanya fatamorgana yang menyilaukan mata. Kebebasan ini malah membuat kehancuran pada diri manusia, bangsa dan negara dengan tingkat pergaulan bebas dan seks bebas yang tinggi. Pada akhirnya bukan kesuksesan yang diraih melainkan keterpurukan moral dan pendangkalan akidah. Karena sejatinya, kebebasan yang digaungkan ini mengokohkan sikap sekulerisme dimana kehidupan didunia dipisahkan dengan urusan/ aturan agama.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana membangkitkan manusia yang terpuruk ini menuju kemuliaannya kembali?

(...BERSAMBUNG...)

*Mahasiswi AGH 46

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangkitkan Paradigma Perubahan dari Benak Para Pemuda Indonesia**

Perkembangan Penelitian IPB sebagai Penjawab Permasalahan Pertanian Indonesia

jilbab dan khimar...