PERADABAN GEMILANG DI TANGAN GENERASI MUDA


     Baru saja aku perhatikan teman2 dikelas yang sedang duduk rapi dengan berbagai gaya. Dalam hitungan menit para mahasiswa-mahasiswi ini memenuhi ruangan. Niat tulus yang mungkin sempat terbersit dalam hati, memaksa mereka untuk hadir di ruang kelas itu. Atau bahkan kuliah ini hanya dijadikan sebagai rutinitas untuk absen tanpa mendapat apa2 setelahnya. Di menit pertama untuk kesekian kalinya dalam perkuliahan kulihat mereka seakan memaksakan untuk mendengar dosen bicara. Yaaah mereka memang para intelektual, yang harus professional dalam bertingkah didalam kelas. Beberapa menit berikutnya…
Whooooaaaammm… begitulah kudengar kantuk mahasiswa-mahasiswi disampingku. Sekali dua kali hingga akhirnya dia tertidur. Terangguk-angguk tak berdaya, entah karena kecapaian, atau pembahasannya yang membosankan, aku tidak tahu. Ku tatap mereka lekat-lekat, dan memikirkan…beginilah perjuangan seorang pemuda yang memilih untuk menjadi generasi intelektual. Ku bertanya pada diriku sendiri, apakah aku sudah mampu menjadi generasi muda intelektual yang berkualitas? Mungkin pertanyaan ini juga patut dilontarkan kepada mereka yang setiap hari duduk di bangku kelas kuliah itu.
Sahabatku mengatakan dimenit terakhir perkuliahan, “betapa aku tidak mengerti apa yang sudah dijelaskan….”. Sangat dilematis ketika aku membayangkan bahwa suatu saat nanti mereka ditanya oleh umat “bagaimana jika begini dan bagaimana jika begitu? Dan sebagainya…” tapi mereka tidak mampu menjawab permasalahan umat, sangat menyedihkan. Lantas ilmu apa yang mereka dapatkan selama kuliah? Dilain sisi, tujuan kuliah yang semakin terdistorsi membuat mereka menjadi semakin individualis yang hanya memikirkan bagaimana mendapat nilai bagus, bagaimana agar lulus dengan cepat, dan bagaimana mendapat pekerjaan yang keren, dsb. Mereka Seolah-olah tertutup tabir tebal dan tidak mampu melihat kondisi umat yang semakin terpuruk yang menunggu tangan2 mahasiswa untuk menyelesaikannya. Autism lebih tepatnya. Aku bertanya pada salah satu dari mereka tentang problematika umat, sangat sepele jawabnya bahkan seolah-olah mereka tidak ada urusan dengan itu. Ironis ketika aku terpaksa mengatakan bahwa mereka begitu PRAGMATIS.
Berhari-hari aku berfikir, apa yang menyebabkan semua ini terjadi? Apakah para mahasiswanya yang tidak mau untuk sukses ataukah pendidikan itu sendiri yang melahirkan generasi yang demikian? Aku rasa yang lebih tepat adalah, bahwa pendidikan yang mereka dapatkan seolah-olah memaksa mereka untuk bersikap individualis dan pragmatis, beban SKS yang bejibun, tuntutan untuk lulus dengan cepat, mendapat prestasi luar biasa untuk mampu bersaing di dunia kerja, dll. Apalagi beberapa hari yang lalu, aku mendengar berita televisi yang banyak membicarakan kecurangan2 dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang membuat para siswanya lulus 100%. Pertanyaannya, apakah begini cara system pendidikan melahirkan generasi bangsa? Dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, seolah2 sistem pendidikan kehilangan visi besarnya untuk menciptakan generasi luar biasa.
Bukankah dalam islam seorang generasi muda harus mendapat pendidikan yang berkualitas sehingga melahirkan generasi luar biasa? Dalam islam pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi intelektual yang taat pada syariat. Generasi yang mampu mengamalkan ilmunya untuk kemaslahatan umat, dan menjalankan syariat sebagai bentuk amalan sholih. Generasi muda diberikan pemahaman akidah yang benar sehingga melahirkan akhlak2 yang mulia dan berbudi pekerti luhur, peduli terhadap sesama dan bertanggung jawab terhadap ilmu yang sudah didapat. Pendidikan yang melahirkan karakter2 luar biasa (pendidikan berkarakter) kata kebanyakan orang.
Dari sini kita bisa menarik benang merah bahwa yang harus diperbaiki bersama adalah system pendidikan. Sudah saatnya kita bergerak, melepaskan para intelektual baik para mahasiswa, dosen, guru, siswa, dan semuanya dari jerat system pendidikan pragmatis dan menggantinya dengan system pendidikan islam. System pendidikan yang telah terbukti melahirkan para ulama terkemuka dizamannya selama 13 abad dibawah naungan negara Khilafah Islamiyah.
Untuk itu, saya mengajak para intelektual kampus IPB sebagai agent of change untuk hadir berkumpul bersama intelektual kampus se-Indonesia dalam acara besar KONFERENSI INTELEKTUAL MUSLIMAH 2012, pada tanggal 20 Mei 2012 di Universitas Indonesia dalam rangka membangun system pendidikan yang memiliki visi besar dan berkualitas. Hal ini sangat penting mengingat peran generasi muda sebagai motor penggerak pembaharu pembangun peradaban yang gemilang. Acara ini diadakan oleh MHTI (Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia).
Wassalam…
Pendaftaran dan informasi, hubungi:
AINUN ISTIHAROH (085711639480)

Dormitory, 16 April 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangkitkan Paradigma Perubahan dari Benak Para Pemuda Indonesia**

Perkembangan Penelitian IPB sebagai Penjawab Permasalahan Pertanian Indonesia

jilbab dan khimar...