Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

ZAMAN BERJINGKRAK...!!!

Oleh : Ainun Istiharoh*             Kesuksesan hidup bukan identik dengan seberapa banyak materi yang kita dapatkan, juga bukan dilihat dari seberapa banyak prestasi yang kita capai. Makna kesuksesan sekarang ini sudah mulai terdegradasi. Bergaul dengan banyak teman adalah sebuah kesuksesan. Memiliki gaji yang tinggi itu juga disebut mereka kesuksesan. Masih banyak lagi capaian-capaian yang digunakan sebagai indikator kesuksesan. Walhasil, kesuksesan pun akhirnya menjadi suatu hal yang relatif. Zaman berubah, mereka pun mengatakan ini adalah era/ zaman modern yang mutakhir. Teknologi berkembang sangat pesat, arus modernisasi begitu deras dirasakan. Zaman ini akhirnya membuat pengertian baru terhadap istilah kesuksesan. Manusia bisa sukses jika mampu menyesuaikan dengan peradaban modern yang kini melanda. Modernisasi akhirnya menawarkan Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai cara ampuh untuk mencapai kesuksesan, alih-alih untuk membangkitkan manusia dari keterpurukan. Semua orang memilik
Manusia Pertama di Udara Dr. Fahmi Amhar Lion Air kembali kehilangan satu pesawatnya ketika tercebur di laut 50 meter sebelum landasan di bandara Ngurah Rai D enpasar. Padahal ini pesawat terbaru, baru beroperasi sebulan! Pilotnya juga senior, sudah mengantongi lebih dari 10.000 jam terbang. Apakah pilotnya kelelahan karena tekanan manajemen? Sehebat apapun pilot dan pesawat, tetapi kalau dipaksa kejar setoran karena tuntutan pasar yang sangat tinggi – sementara kelangkaan pilot di Indonesia belum teratasi, maka bisa saja berakibat kecelakaan yang fatal. Tetapi bisa juga ada faktor kesalahan instrumentasi di darat atau gejolak cuaca lokal, misalnya tekanan angin tiba-tiba yang membuat pesawat gagal mencapai landas pacu (istilahnya “undershoot”). Tetapi bicara dunia penerbangan, orang sering salah menjawab bila ditanya siapa manusia pertama yang mengudara. Mayoritas menjawab Oliver & Wilber Wright dari Amerika Serikat yang terbang pada tahun 1900. Padahal mereka hanya menyempurn

Kampus Bermutu yang Sesungguhnya

Gambar
Dr. Fahmi Amhar Ketika sejumlah dosen dan ulama dari Indonesia diajak jalan-jalan berkunjung ke campus Standford University di Amerika Serikat, mereka tercengang melihat di ruang kelas itu tetap digunakan papan tulis biasa dengan kapur, bukan white-board , spidol dan LCD. Mereka menganggap sekolah-sekolah di Indonesia ternyata lebih maju. Apa yang terjadi ini menunjukkan taraf berpikir saat ini dari para intelektual kita, yang terwakili sejumlah dosen dan ulama.  Indikator kemajuan diukur dari fasilitas fisik yang dimiliki, bukan dari karya yang orisinil ( genuine ) dan kemampuan yang berkelanjutan dalam membentuk SDM.  Karena itu mereka tidak melihat berapa publikasi ilmiah, paten teknologi atau pemenang hadiah Nobel sains dari Standford University itu. Sebenarnyalah, kualitas suatu perguruan tinggi utamanya ditentukan oleh tiga hal: kualitas riset (diukur dari karya tulis ilmiah & paten), kualitas belajar-mengajar (diukur dari kompetisi calon maba, rasio alumni